Aku dan Pengamen
Ah, rasanya sudah lama aku tak membuka blogku. Ini adalah postingan pertama semenjak aku "tidur lama". Selamat Menikmati!! :D
Sore tadi, aku sedang melaksanakan sholat ashar di rumah ketika suara dua orang pengamen kemudian memecah konsentrasiku. Dari yang bisa kudengar, kedua pengamen tersebut sepertinya masing-masing membawa gitar dan ketipung. Mereka dengan sangat rancak membawakan lagu Cakra Khan dengan irama yang biasa kudengar dalam konser orkes-orkes melayu, irama dangdut. Salah satu dari mereka bersuara cempreng sehingga menghasilkan nada yang cukup tinggi.
Sialnya, tak ada siapapun dirumah saat itu. Sementara, aku tak mungkin membatalkan sholatku. Dari ceramah salah seorang ustadz yang pernah kudengar, hanya ada dua keadaan yang membuat kita boleh membatalkan atau setidaknya mempercepat gerakan sholat. Yaitu ketika dipanggil orang tua dan ketika ada bahaya besar yang dapat mengancam harta dan jiwa diri kita sendiri maupun orang lain. Pengamen, jelas sekali tak masuk dalam salah satu diantara kriteria tersebut. Dalam waktu yang tidak memungkinkan untuk berpikir panjang, terbersit satu ide. Aku mencoba “mengusir” mereka dengan cara berdehem cukup keras. Tapi rupanya, menyanyikan beberapa baris lirik tanpa ada sambutan sama sekali dari sang tuan rumah membuat mereka makin meninggikan suara. Suara dehemankupun tenggelam, kalah oleh suara mereka.
Karena berdehem tak berhasil, akupun berusaha menggunakan cara lain, yakni dengan mengeraskan bacaan takbir. Tahu bacaan takbir kan? Yang “Allahu Akbar” itu loh. Tujuannya tentu saja agar mereka tahu bahwa si empunya rumah sedang beribadah sehingga mereka segera sadar dan cepat pergi. Namun sekali lagi, mereka sepertinya tak mendengar usahaku. Si cempreng itu semakin menjadi-jadi saja.
Karena kehabisan akal, akhirnya aku kalap dan berubah menjadi arogan. Keadaan ketika konsentrasi sholat terganggu lantas membuat aku menganggap bahwasanya Tuhan Yang Maha Bijaksana takkan menerima sholatku kali ini. Sepersekian detik usai pikiran tersebut muncul, dan kemudian aku berteriak dengan lantang.
“WOI, YANG PUNYA RUMAH MASIH SHOOLAAAAAT!!!!”
Ajaib, alunan musik serta suara si pengamen langsung lenyap dan mereka pergi. Yang lebih menakjubkan, suara mereka berhenti tanpa ada gradasi sama sekali. Dari derap langkah yang mereka buat, tampak sekali bahwa mereka sangat terkejut. Kalau saja salah satu dari mereka ada yang punya penyakit jantung, akibatnya mungkin lebih buruk.
Aku turun dari tempat sholat lalu melongok ke depan jendela, dan sekilas terlihat tubuh mereka dari belakang, dengan langkah kaki yang belum juga diperlambat. Aku sendiri kebingungan memasang mimik wajah, antara tertawa lebar ataukah murung karena sebuah penyesalan.
04 Februari 2012 21:45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar